Kamis, 11 Oktober 2012

Kebanyakan Belajar Materi Pengembangan Diri? Bahaya, Bre...!!!


Artikel ini di tulis ulang dan dimodifikasi oleh :

Fuad Suyatman, Ch. M.

Hypnoblogger, Hypnographolog and Hypnolove Master in

1. King Of Mind
(http://seratdakwah.blogspot.com/2012/04/king-of-mind.html)

2. Ztrongmind
(http://www.ztrongmind.net)
and

3. Relax's Mind

(http://www.facebook.com/groups/288023281266070/http://www.facebook.com/groups/288023281266070/)

Surakarta


Bahaya Materi Pengembangan Diri

Pagi ini, ga kaya biasanya dimana gue seringkali mengisinya dengan totally facebookan (mulai dari update status..ngelike status...ngomen status...sampe nyampah nyebar article di semua grup yang gue ikuti), pagi ini sendiri ga tau kenapa ni mata langsung aja kepengen ngebuka dan belajar dari web lembaga pelatihan hypnosis yang selama ini udah membesarkan nama dan diri gue (secara fisik dan non fisik tentunya,hehehheehe): ZtrongMind (http://www.ztrongmind.net)

Dan mata gue pun seketika langsung terpaku (seddaap...!!) begitu ngebaca salah satu judul artikel di sana. Judulnya apa? Judulnya ga laen dan ga bukan adalah....(JENG...JEEENG....!! *pake back sound gitu d ceritanya biar agak heboh dikit!!*) --> Bahaya Materi Pengembangan Diri.

Ternyata menurut informasi yang gue dapet dari artikel itu, diantara sekian banyak orang yang pernah mengikuti seminar, langganan buku sampe kepada ketagihan mengikuti seminar pengembangan diri itu, hanya sedikit saja diantara kita yang mampu nenyadari betapa di balik keberadaan berbagai referensi self-development dan self-help serta psikologi populer -baik dalam bentuk buku, tayangan video, MP3 dan audio book, maupun seminar/pelatihan- itu? Terdapat pula sekumpulan poison effect (alias efek beracun) yang justru bisa terjadi akibat sudah terlalu bergantungnya diri kita pada seminar dan buku-buku pengembangan diri seperti itu.

Ya, ternyata terlalu sering mengikuti seminar pengembangan diri, terlalu hobby membaca buku-buku bertajuk pengembangan diri pun tidak sepenuhnya baik. Kenapa?

Karena, dibalik kata-kata motivasi yang tertulis... dibalik ledakan emosi yang terbakar oleh ucapan para motivator yang kebetulan menjadi narasumber berbagai seminar pengembangan diri, terdapat efek yang luarbiasa parahnya yang dengan itu justru mampu membuat siapapun yang ketagihan buku dan seminar semacam itu, bukannya semakin semangat dalam berusaha? Sebaliknya justru merasa semakin menjadi kerdil, kebingungan, berjalan di tempat, dan bahkan apatis. Betewe, pernah merasakan yang demikian kan?

Dalam artikelnya yang berjudul "Perspectives on self-help and bibliotherapy: You Are What You Read", yang diterbitkan dalam Handbook of Counselling Psychology, L. Craighead menuliskan tiga potensi bahaya yang terdapat dalam buku atau program pengembangan diri sebagai berikut:

First, people may falsely label themselves as psychologically disturbed. Second, people may misdiagnose themselves and use material that deals with the wrong problem. Third, they may not be able to evaluate a program and may select an ineffective one.“

Dari ketiga hal di atas itulah dapat kita simpulkan betapa keseringan mengikuti seminar dan membaca buku bertemakan motivasi dan pengembangan diri ternyata justru akan membuat kita -yang tadinya sudah menjadi pribadi dengan beragam masalah- menjadi pribadi dengan kompleksitas masalah-masalah yang justru lebih baru yang sayangnya seringkali lebih parah dibandingkan sebelum membaca buku tersebut.

Nah, menurut info yang gue dapet dari website tempat pelatihan gue (http://www.ztrongmind.net/page/Article_detail/29/Bahaya_Materi_Pengembangan_Diri.html)? Bahwa baru-baru ini aja udah dua orang meninggal dunia dan sembilan belas lainnya dirawat di rumah sakit dalam acara retreat seminar dari salah seorang guru The Secret.

Atau dalam kasus lain, seringkali kita yang sebenarnya sudah berada dalam kondisi yang relatif stabil dan sehat, tapi gara-gara iseng membaca sebuah penjelasan atau mencoba sebuah kuesioner pengembangan diri, kita malah langsung jadi depresi gara-gara dinyatakan memiliki gangguan atau masalah tertentu.

Tapi dari kesemuanya itu, ada satu lagi racun yang jarang disadari oleh kita semua para maniac seminar motivasi dan pengembangan diri. Apa itu? Yaitu seringnya kita merasakan timbulnya keyakinan delusional yaitu keyakinan bahwasanya hanya dengan sekedar mengkonsumsi materi pengembangan diri saja, kita akan dengan sendirinya mampu mengubah diri menjadi lebih baik. Lha ini kan lak ya gawat tho?

So, gue kemudian langsung sepakat sama solusi yang disampaikan oleh Master Trainer Hypnosis gue, Kang Arnold Mekka, S. Sos., ENH, bahwa kita semua perlu mencatat baik-baik dalam otak maupun hati kita bahwa buku dan program bertemakan pengembangan diri dan motivasi notabenenya hanyalah bertugas untuk memotivasi diri kita saja. Keduanya tidak lantas mampu mengubah kita menjadi lebih baik! Bahkan rasanya sangatlah mustahil mengharapkan itu terjadi.


Adapun rasa bahagia lantaran sudah dicerahkan, terlengkapi, berpengetahuan, dsb yang kita rasakan pasca membaca buku atau mengikuti pelatihan semacam itu bukanlah jadi semacam tolak ukur atau bukti bahwa kita semua sudah berubah dan memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Karena pada dasarnya itu hanyalah euforia sesaat yang memang diciptakan oleh berbagai referensi self-help dengan tujuan menempatkan kita dalam kondisi psikologis dan kognitif yang subur untuk sesegera mungkin melakukan aksi perubahan.

Sekali lagi : Euforia bukanlah perubahan itu sendiri. Ia hanya pintu gerbang menuju kualitas dan transformasi yang selama ini sebenarnya kita inginkan. Jadi jika kemudian kita memutuskan untuk berhenti di sana, maka tidak heran jika kita kemudian hanya mengalami sedikit sekali perubahan permanen. Perubahan yang justru seringkali tidak pernah kita lihat. Kenapa?

Karena bersamaan dengan munculnya setitik perubahan lantaran euforia pasca membaca buku dan mengikuti seminar pengembangan diri itu, kita pun seketika itu pula akan tersetting menjadi sosok pecandu buku dan seminar pengembangan diri yang semula masih bisa menjadi sosok yang mampu sedikit bekerja keras menjadi sosok yang justru hidup mengejar sensasi ilmu-ilmu baru tanpa pernah mempraktekkannya.

Memang sudah menjadi sebuah rahasia umum bahwasanya setiap produk pengembangan diri di luar sana selalu saja berhiaskan janji segar, penuh kedamaian, kesembuhan, kebebasan, kesuksesan, kebahagiaan, dan kesempurnaan hidup. Tapi berdasarkan pengamatan pribadi yang pernah dilakukan oleh guru saya (Bapak Arnold Mekka, S. Sos., ENH) bahwasanya selama bertahun-tahun hingga hari ini, hanya sedikit sekali pembaca yang berhasil mengalami hal-hal yang dijanjikan tersebut ditingkat yang lebih nyata daripada sekedar euforia sesaat.

Di akhir artikel yang beliau tulis dalam websitenya, Kang Arnold kemudian memberitahu satu rahasia bahwasanya beliau justru jauh lebih sering berhadapan dan menangani kasus orang yang terjebak, terjerembab, dan teracuni oleh materi-materi pengembangan diri dibandingkan menangani orang polos yang memang tidak mengkonsumsi hal demikian. Kenapa itu bisa kejadian ya?

Karena ternyata mereka yang sudah addict (ketagihan) hal-hal berbau motivasi biasanya merasa sudah menjadi pribadi yang telah sangat paham bin tahu tentang apa-apa aja yang harus diperbuat berkat pengetahuan buku dan pelatihan yang mereka ikuti.

Nah, bahkan saking merasa sudah sangat tahunya itu? Mereka lantas merasa sudah sangat bisa mendekonstruksi sendiri kesulitan yang mereka sedang alami. Akan tetapi anehnya? Ketika kembali ke realita kehidupan, mereka cenderung masih menjadi pribadi yang tetap tidak mampu mengeluarkan diri mereka dari kondisi tersebut. Aneh ya?


Ternyata tidak juga. hehehhehe. Sederhana saja alasannya. Ketika semua orang berkutat dan bertarung di dunia nyata yang keras, orang-orang yang hidupnya sudah kadung (terlanjur) jadi motivation addict, bukannya sibuk mempraktekkan pengetahuan dan inspirasi yang baru saja mereka dapatkan, mereka malah sibuk sibuk mencari ilmu canggih, tehnik cepat, poin inspirasi, langkah praktis, atau bahkan sampe mempelajari sistem terobosan yang lebih manjur lainnya.

Tulisan-tulisan motivasi yang terlihat begitu indah dan ajaib memang tanpa disadari sudah menjadi semacam candu (addict) yang begitu dahsyat meracuni pikiran para motivation addict (alias pecandu motivasi). Yah, samalah rasa dan efeknya seperti seseorang yang dengan konyolnya merasa sudah menyelamatkan dunia setelah menonton film Superman.

Tidak berbeda dengan kita kan yang kerap kali berpikir konyol bahwa kita kerapkali sudah merasa bisa menjadi lebih baik setelah membaca buku-buku pengembangan diri?

Yah, diakui atau tidak kita memang sudah terbiasa menipu diri sendiri dengan terlalu teryakininya diri kita akan nyatanya sebuah impian tentang peningkatan kualitas hidup akan terjadi pasca menghapal, mencatat berbagai rumus indah yang diberikan oleh para pelatih dan konsultan kesuksesan.

Seiring dengan berjalannya waktu, kita pun kemudian menjelma dengan jelmaan yang semakin parah lantaran menjadi sosok yang seolah serba-tahu-segalanya namun disisi lain, kita justru menjadi sosok lemah lantaran kewalahan karena harus menyimpan teori yang kadang saling bertolak belakang. Akhirnya? Kita pun menjelma menjadi sosok yang semakin merasa terbingungkan keadaan lantaran di dalam hati dan otak kita sudah tertanam sebuah pertanyaan sederhana tapi justru sangat menohok hati dan pikiran : mengapa saya tidak pernah melihat buah yang nyata dari keyakinan dan motivasi saya selama ini ya??

“Self-help books offer different possible moves for different games. They point the reader toward the game, invite him or her to define a strategy and then to go out to do what is necessary to actualize it.“


So, renungkanlah...!!

1. Berapa banyak program pengembangan diri, self-help, psikologi populer, dan referensi inspirasi dan motivasional lainnya yang pernah kita konsumsi sampai hari ini?

Lalu jawab dengan jujur :

2. Apakah kita sudah mampu mempraktekkan setidaknya setengah dari apa yang sudah kita ketahui itu?

Sebagai penutup? Ayo kita renungkanlah baik-baik kalimat guru saya ini :

"Bahwa tugas utama kita mulai detik ini hanya satu : Berhentilah membuang waktu, uang, dan tenaga demi ilmu-ilmu baru. Karena tugas kita sebenarnya adalah mempraktekkan apa yang sudah kita baca selama ini. Titik."


Sumber:

1. http://www.ztrongmind.net/page/Article_detail/29/Bahaya_Materi_Pengembangan_Diri.html

2. lexdepraxix.wordpress.com

1 komentar: