Penulis :
Andrias Harefa
Dimodifikasi dan disebarluaskan kembali oleh:
Kang Fuad Suyatman
(Fuad Hasan P. Salman bin Suyatman)
The Craziest and The Most Productive Blogger
and
Praktisi Hypnosis solo binaan Ztrongmind
-Sebuah Organisasi Hypnosis yang tengah Booming di Blora dan Kota asal Mobil Esemka,Solo
Setelah lama ga ngeblog, akhirnya gue pun dapet tulisan yang cukup keren untuk dibahas. Yup.. bahasan kali ini ga lain ga bukan adalah tentang salah satu tokoh bangsa yang saat ini memang lagi dalam sorotan (dalam arti positif tentunya).
Yuph.. beliaulah Dahlan Iskan. An extra odinary man from Indonesia ini emang terbilang langka di negerinya Bang Pitung ini. Terhitung sejak menakhodai Jawa Post Group sampe saat beliau menegaskan rekam jejaknya di PLN (Perusahaan Listrik Negara)? Namanya pun langsung harum seiring kebiasaan dan keputusannya yang kerap kali terbilang 'ga biasa'.
Dalam satu tahun kepemimpinan dirinya di BUMN terbesar negeri ini ajah, ia sudah terbilang sukses dalam memimpin 50.000-an karyawan PLN mengatasi krisis listrik yang terbilang super akut. Sebuah masalah yang selama lebih dari 60 tahun menjadi momok menakutkan buat PLN.
Dahlan Iskan pun, dalam setahun kepemimpinannya di PLN berhasil memberikan stimulus ekonomi kepada pengusaha dan kalangan industri sebesar 1.600 Mega Watt sekali beri, setara Rp25 triliun. Ia bisa membuat anak buahnya berhemat sampai Rp2 triliun, membuat transparan cara membeli barang dan jasa yang sebelumnya tertutup, dan dengan berani mengundang KPK dan BPK untuk mengawasi semua itu. Singkatnya, di pengujung tahun 2010 silam, pamornya sebagai Dirut PLN pun naik seketika.
Tak hanya berhenti sampai di sana saja, pada awal 2011, pria yang sejak Agustus 2007 hidup dengan lever baru dari China itu pun kembali membuat sesuatu yang lagi-lagi tak biasa. Di sela kesibukannya, Dahlan Iskan pun sempat membuat puisi lewat CEO Noted#22. Puisi yang bertajuk LUPAKAN...! itu pun bahkan dibacakan karyawan PLN dari berbagai daerah. (lebih lanjut tentang puisi bertajuk Lupakan...!! itu bisa diakses publik di YouTube dengan kata kunci: "Dahlan Iskan Lupakan".) Yup.. Itulah pesan unik sang CEO di awal tahun.
Sesuai judulnya, sebagaimana yang dituturkan Bapak Andreas Harefa dalam artikelnya di http://www.andriewongso.com/artikel/artikel_tetap/5127/Lupakan/, puisi berjudul "Lupakan...!!" itu memang mengajak "rakyat PLN" untuk melupakan prestasi mereka di tahun sebelumnya.
Lha soal alasan dibalik anjuran Dahlan Iskan untuk melupakan masa lalu? Itu semua gak lain karena memang dibalik jutaan masalah yang mewarnai perjalanan Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero, ternyata menurut Dahlan Iskan semuanya memang menjadi tidak terlalu penting mengingat sifat hambatan itu yang hanyalah bagian dari 'masa lalu'. Bagi Dahlan Iskan, daripada memikirkan keburukan masa lalu, ternyata masih ada hal yang jauh lebih penting untuk dipikirkan. Yup, disaat semua sibuk memikirkan kesalahan masa lalu, ternyata kita seringkali lupa bahwasanya masih banyak sekali hal-hal penting yang harus diperbuat demi masa depan yang jauh lebih baik.
Masih banyaknya gangguan penyulang. Masih banyak gangguan trafo. Masih adanya jutaan rumah yang harus terang. Masih banyaknya kebocoran yang harus ditambal. Masih adanya dominasi BBM yang bak begundal yang tak henti memboroskan uang rakyat merupakan masalah yang jauh lebih penting untuk dipikirkan dibanding harus memikirkan kembali derita masa lalu. So? Mengapa Dahlan Iskan memerintahkan segenap jajarannya untuk melupakan derita masa lalu?
Itu semua tiada lain karena PLN sebagai sebuah korporasi penyedia jasa adalah sebuah kesatuan kerja yang begitu dekat dengan keriaan, maupun pujian yang jika tidak disikapi dengan kehati-hatian dan kemawasdirian bisa jadi justru akan menjelma sebagai sebuah racun mematikan. Maka dari itulah kemudian melalui puisi dan nasehatnya kepada para karyawannya, Dahlan Iskan mengajak para seluruh karyawan PLN untuk sekuat mungkin melupakan semua prestasi dan pujian masa lalu itu. Bagi Dahlan Iskan, semua itu tiada lain karena Ia sangat paham betapa TUHAN adalah Dzat yang MAHA INGAT!
Yeah... akhirnya sebuah prinsip sederhana inilah yang kemudian menjadikan Dahlan Iskan sebagai sosok tak biasa (an extra-ordinary man) di bumi Indonesia. Bahkan banyak pengamat menyatakan bahwasanya kiat sukses ala Dahlan Iskan merupakan kiat sukses yang dahsyat. Kenapa demikian?
Karena ternyata melupakan prestasi yang telah diraih dengan susah payah dan pujian dari handai tolan adalah cara meraih kesuksesan yang berkelanjutan. Setidaknya itulah yang di amini oleh Andreas Harefa, seorang penulis dengan 38 karya terbaik (Best-selling Books) sekaligus Trainer-Speaker berpengalaman yang juga pendiri www.pembelajar.com.
MENGAPA PUJIAN DAN PRESTASI MASA LALU HARUS DILUPAKAN
Menurut Andreas Harefa, seberapa pentingnya melupakan prestasi dan pujian yang belum lama kita peroleh ini sendiri jika mengacu pada ajaran Dahlan Iskan, maka akan ditemukan setidaknya empat alasan kuat mengapa melupakan pujian dan prestasi masa lalu adalah langkah terbijak dalam melanjutkan langkah terbaik.
Pertama, karena prestasi dan perasaan berjasa besar sesungguhnya adalah hal yang sangat dekat dengan keriaan yang mampu membuat orang lupa diri secara seketika hingga ia pun terperosok dalam lembah kejumawaan.Akibatnya jelas!! Ia pun bukan menjadi sosok panutan, melainkan justru lahir sebagai sosok arogan yang selalu merasa diri hebat hingga kemudian ia pun tak segan untuk memandang rendah orang lain serta memuja diri sendiri.
Maka dalam membangun korporasi yang dipimpinnya kala itu (PLN, red) Dahlan Iskan pun mengajak karyawan PLN yang dipimpinnya untuk menjadi sosok-sosok abdi negeri yang harus dijauhkan dari sikap sombong dan merendahkan pihak lain.
Kedua, mengenang sebuah pujian bisa jadi merupakan awal langkah kita menuju kebinasaan. Sebagaimana yang di ungkap Dahlan Iskan, acapkali memang pujian yang kita terima sesungguhnya bukanlah sebuah dorongan untuk maju melainkan bisa jadi racun mematikan, yang tak jarang membuat orang terlena dan lupa diri, lupa tugas, lupa tujuan sesungguhnya, dan menjadi lengah.
Dalam sejarah Indonesia pun tercatat jelas betapa, puja-puji Harmoko dan kawan-kawannya dulu pernah membius Presiden Soeharto untuk terus mencalonkan diri jadi presiden, padahal rakyat sudah tak menghendakinya. Lalu dalam hitungan bulan, Harmoko berbalik mengatakan bahwa rakyat menghendaki Pak Harto turun. Sebuah drama politik yang memberikan banyak pelajaran. Karyawan PLN harus diingatkan akan bahaya maut macam itu.
Ketiga, karena TUHAN MAHA INGAT! Inilah tujuan yang sesungguhnya bagi semua perbuatan baik. Inilah hasrat terbesar bagi mereka yang menjadikan kerjanya sebagai ibadah. Tujuannya adalah untuk mendapatkan ridho ilahi, diperkenan oleh Tuhan Sang Pencipta. Tidak penting diingat manusia, tetapi amat penting diingat Tuhan. Itulah yang sejak awal kerap ditanamkan Dahlan Iskan kepada pegawai-pegawainya (termasuk di Kementrian BUMN maupun PLN dulu).
Keempat, karena tugas dan tantangan berat berikutnya sudah di depan mata. Penting mensyukuri rahmat dan nikmat yang ada. Menerima pengakuan dan pujian dari berbagai pihak. Namun segera ingat bahwa masih banyak yang perlu dikerjakan, masih panjang jalan yang harus ditempuh. Jangan berlama-lama berpesta syukur. Secukupnya. Sewajarnya. Sepantasnya. Lalu bersiaplah untuk mengalahkan tantangan berikutnya. Dalam kasus PLN, sejuta tantangan besar memang masih menghadang di jalan.
TERNYATA BELAJAR MELUPAKAN ITU MEMANG... SULIT!!
Berkaca dari apa yang di lakukan Dahlan Iskan pada karyawan-karyawannya (mulai dari Jawa Post, PLN hingga Kementrian BUMN), ternyata belajar "melupakan" prestasi dan pujian itu secara teknis memang bukanlah perkara yang mudah dilakukan. Kenapa? Karena para ahli neurosains sendiri sudah menjelaskan bahwa otak manusia (yang sehat, tentu) tidak bisa melupakan fakta masa lalu!!
Sekarang kita ambil contoh sederhana:
"Bisakah Anda melupakan hari perkawinan yang membahagiakan Anda?"
"Bisakah Anda melupakan hari ketika Presiden Republik Indonesia mengundang Anda minum teh bersamanya di Istana Negara?"
"Bisakah Anda melupakan momen ketika Anda diminta naik ke panggung yang megah, menerima penghargaan sebagai Marketer of The Year, disaksikan khalayak ramai, dipotret dan direkam awak media cetak dan elektronik?"
Bukankah yang suka dengan tiba-tiba terserang "sakit lupa" itu adalah pesakitan, penjahat-maling-rampok-penjarah terpelajar, yang sedang digiring Komisi Pemberantasan Korupsi ke meja hijau? Bukankah mengingat-ingat prestasi dan keberhasilan masa silam akan memompa kepercayaan diri yang lebih besar? Dan bukankah yang seharusnya dilupakan itu adalah kepedihan dan duka lara masa lalu, trauma-trauma kehidupan, agar tak menjadi benalu di pikiran?
Dalam artikelnya, Pendiri situs pembelajar.com, Andreas Harefa sendiri menuturkan bahwa seorang kawannya pernah mengingatkan dirinya bahwa sebagai sosok manusia normal, kita seringkali memang tidak bisa melupakan fakta masa lalu. Akan tetapi, kita masih dibekali kemampuan oleh Tuhan untuk bisa mengubah makna dari kejadian masa lalu itu. Dan agaknya itulah yang dianjurkan Dahlan Iskan, sang komandan Jawa Pos Group.
Melupakan itu artinya "menetapkan hati untuk tidak lagi dipengaruhi oleh apa yang sudah lewat " pada satu sisi, dan pada saat yang bersamaan "mengarahkan diri kepada apa yang di depan, kepada tujuan yang lebih besar yang belum tercapai".
Jadi, anjuran untuk melupakan prestasi dan pujian masa lalu itu tiada lain adalah sebuah nasehat sederhana terkait dengan ilmu memaknai sebuah peristiwa. "Jangan biarkan prestasi menyuburkan bibit-bibit kesombongan. Jangan izinkan pujian memberikan pengaruh yang membuai, yang meninabobokan dan menganiaya kewaspadaan. Bersyukur dan berterima kasihlah atas segala nikmat kehidupan kemarin. Lalu lanjutkan langkahmu. Hidup belum berakhir dan sukses itu pendek umurnya. Arahkan hati dan pikiran untuk menyongsong tugas baru, menghadapi tantangan baru, menapaki hari baru."
Yeah..Belajar melupakan, itu salah satu cara Dahlan Iskan menjadi orang besar!
sumber :
1. www.pembelajar.com
2. http://www.andriewongso.com/artikel/artikel_tetap/5127/Lupakan/
3. http://dahlaniskan.blogdrive.com/
4. http://www.bumn.go.id/kim/publikasi/berita/dahlan-iskan-belajar-dari-filosofi-sarung/
0 komentar:
Posting Komentar