Minggu, 04 Maret 2012

8 Kesalahan Orangtua Dalam Mendisiplinkan Anak

Setelah seharian ketemu dan ngalami hal aneh bin ajaib yang mendewasakan gue? Gue akhirnya kembali nge-blog, sebuah aktivitas yang udah melambungkan nama gue di jagat dunia maya. (sedaaaaap...). Dan pas gue bingung mau ngisi blog gue dengan artikel apa? tiba-tiba gue langsung ketemu dua artikel soal pendidikan anak. Artikelnya pun baguus buat dibaca dan dipelajari. Gue sendiri menganggap artikel itu pas banget buat menemani gue dan pembaca blog gue dalam ber facebook an ria. Kenapa? Karena gue rasa artikel itu penting banget buat disimak.

Okelah., Daripada gue kelamaan ngebacot? mending loe baca aja dah, Gan!! Cekidot yow!!

Tulisan ini sendiri ditulis sama Mbak Arina Yulistara - dari wolipop
Di Modifikasi oleh:

Fuad Suyatman (Fuad Hasan P. Salman bin Suyatman)
The Craziest and The Most Productive Blogger sekaligus juga
Praktisi Hypnosis solo binaan Ztrongmind -Sebuah Organisasi Hypnosis yang tengah Booming di Blora dan Kota asal Mobil Esemka,Solo




Guys, tak bisa kita pungkiri memang betapa orangtua adalah figur teladan yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk putra-putrinya. Saking sepakatnya semua orang akan kalimat itu? Rasanya emang mustahil banget kalo ada orang tua yang mau mencelakakan anaknya. Bahkan ada pepatah yang sampe bisa bilang gini, "Mana ada sih harimau yang mau memakan anaknya."

Tapi banyaknya hal yang terjadi dijaman edan ini seolah menyentak nalar kita betapa gak sedikit orangtua yang ternyata melakukan kesalahan saat mendidik anak mereka, termasuk dalam hal mendisiplinkan anak. Tidak jarang orangtua berbuat kesalahan ketika mengajari anaknya.

Berikut delapan kesalahan orangtua saat mendisiplinkan anak dan cara memperbaikinya yang dikutip dari Parenting USA:

1.Berbohong pada Anak

Kebanyakan orang tua sering mengatakan sesuatu yang nggak bener biar si anak mau menuruti perintah atau keinginan mereka. Tapi apa yang terjadi setelahnya?

Ternyata, kebohongan yang bermaksud baik tersebut bisa juga (bahkan sangat berpotensi) menjadi boomerang bagi orangtua. Misalnya, ketika anak nggak kunjung mau bangun dari tempat tidurnya padahal hari sudah semakin siang dan kita khawatir terlambat ke kantor. Agar anak mau menuruti kemauan, kita sering banget memilih untuk berbohong dan mengatakan kalau di dalam kamar ada monster. Hasilnya?

Tanpa disadari, hal ini ternyata akan sangat berpotensi untuk membuat anak takut untuk ada di kamarnya sendiri. Parahnya lagi? Setelah itu si kecil bakal terus membicarakan apa yang awalnya cuman sekedar ancaman kosong kita itu sehingga membuat orang lain berpikiran negatif.

Solusi:


Berbohong dengan anak itu pada dasarnya emang merupakan salah satu cara ampuh yang sering dilakukan orang tua untuk membuat si kecil menuruti kemauan mereka. Namun, teknik menakut-nakuti anak ini ternyata bisa juga berdampak tidak baik.

“Cara menakut-nakuti si buah hati bisa berbalik ke diri Anda. Lebih baik jujur untuk membuat anak patuh, “ tutur Bonnie Maslin, penulis Picking Your Battles. Sediakan waktu Anda lebih banyak bersama anak supaya mengetahui perkembangan psikologis anak secara signifikan.

2.Marah-Marah Tapi Tidak Bertindak


Orangtua pun gak jarang juga memarahi anak mereka manakala si anak udah nakal banget. Bahkan sampe mengeluarkan ancaman segala saking pengennya bikin anak itu sedikit reda kenakalannya. Tapi ternyata ada hal super penting yang seringkali dilupakan sama kita selaku orang tua? Apa itu?

Yup...!! Sebagai orang tua, kita kerap dan sering banget rasanya mengancam anak kita, tapi ancamannya itu tidak dibarengi dengan tindakan nyata. Efeknya apa?

Efek dari kesalahan itu ternyata sangat fatal. Sebuah ancaman orang tua tanpa dibarengi dengan perealisasian tindakan atas ancaman itu justru sangat berpotensi membuat anak kita malah semakin bertingkah. Misalnya, orangtua menyuruh anak berhenti bermain dan pergi tidur. Namun, si kecil masih saja bermain tanpa memedulikan perkataan Anda. Apalagi jika orangtua marah-marah saat menyuruh si kecil, bukannya berhenti bermain, anak akan membawa pergi mainannya untuk menjauh dari ibunya.

Solusi:

Kalo anak sudah nggak mau patuh? Mulai sekarang dan seterusnya? sebagai orang tua? Kita harus tampil sebagai sosok pengadil yang harus memberikan semacam punishment jika anak kita melakukan pelanggaran atau kesalahan. Sebaliknya ketika mereka melakukan sebuah hal yang menakjubkan (sekecil apapun itu), kita harus memberikan reward atau balasan atau kado yang bernilai positif dan mendidik sebagai konsekuensi atas tindakannya itu. Kenapa harus begitu?

"Pada Dasarnya, walaupun ketika kita berulang-ulang memarahi anak tanpa memberikan punishment yang mendidik, hal itu justru tidak membuat si kecil berhenti bertingkah buruk. Nasihat orangtua akan dianggap sekadar peringatan biasa oleh anak jika orangtua tidak melakukan tindakan apa-apa," ujar Bridget Barnes, penulis Common Sense Parenting for Toddlers and Preschoolers. So?

Cobalah mulai sekarang ketika anak kita melakukan kesalahan, kita sebagai orangtua kudu proaktif dalam memberikan pendidikan. Caranya? Ketika anak melakukan kesalahan? Berilah peringatan terlebih dahulu kepada mereka. Lha kalau anak masih juga tidak mau patuh, barulah ambil tindakan saat itu juga (tentu dengan tindakan yang sifatnya mendidik) supaya membuat anak mengerti betapa apa yang mereka lakukan itu adalah sebuah kesalahan sehingga dari situ ia pun tidak mengulanginya lagi. Misalkan dengan memberinya hukuman atau konsekuensi tidak boleh bermain mainan favoritnya selama tiga hari. Setelah tiga hari, baru mainan tersebut boleh dimainkan. Sebaiknya Anda juga konsisten dalam hukuman ini.

3.Terlalu Memanjakan Anak


Yuph, memang seringkali kita lihat betapa saking sayangnya sama anak mereka, tidak sedikit orangtua yang cenderung menuruti apapun keinginan anaknya. Hasilnya? Anak kemudian tumbuh bersama rasa manja dan aneka fasilitas berlebih yang membuat mereka menjadi pribadi nan egois dan tidak peka terhadap lingkungannya lantaran ketika berbuat salah? Si anak tidak diberikan konsekuensi atau hukuman atas kesalahan itu dan sebaliknya? Kesalahan itu justru didiamkan saja oleh orangtua.

Solusi:

Sebagai orang tua yang sudah dikaruniai keturunan, si ayah maupun si ibu haruslah semakin menunjukkan kekompakan mereka dalam hal mendisiplinkan anak. Sebaiknya juga, sebagai orang tua? Kita jangan terlalu memanjakan anak saat berprilaku buruk.

"Salah satu wujud kekompakan itu bisa ditunjukkan dalam mensikapi kesalahan anak. Intinya? Ketika terjadi kesalahan? Harus ada hukuman yang mendidik dari orangtua guna mendisiplinkan si anak. Disini si Ayah maupun si Ibu boleh mempunyai hukuman yang berbeda ketika memberikan konsekuensi atas perbuatan si kecil, tapi hukuman tersebut harus menjadikan anak tidak lagi mengualngi perbuatannya,"
papar Nancy Schulman, salah satu penulis Practical Wisdom for Parents: Demystifying the Preschool Years.

4.Memberikan Janji Supaya Anak Menurut

Supaya anak mau menurut, umumnya orangtua memberikan janji-janji kecil kepada si buah hati. Misalnya, ibu menjanjikan akan membelikan cokelat kalau si kecil mau makan sayur. Hal itu terus terulang sehingga membuat anak meminta imbalan cokelat saat disuruh makan sayuran.

Solusi:
Jangan terus menyuapi anak dengan janji membelikan sesuatu ketika menyuruhnya. Para ahli menyarankan kalau kita jangan memberikan si kecil imbalan berupa makanan atau mainan, tapi coba jelaskan manfaatnya. Misalnya, memberitahukan anak bahwa makan sayuran itu bisa membuat tubuh sehat dan kuat. Atau dengan memujinya saat si buah hati menuruti perintah kita.

5. Melanggar Aturan Sendiri

Tanpa disadari, orang tua pun sering melanggar aturan yang justru dibuatnya sendiri di depan anak. Misalnya, anak tidak diboleh berkata kasar saat berbicara dengan kita. Namun, malah kitanya yang melakukan itu. Misal lagi, kita kerap kali rasanya bilang kalo merendahkan orang lain itu nggak baik tapi ee...disisi lain kita ternyata kerap tampil sebagai sosok yang merendahkan dan mengolok-olok anak kita sendiri. Padahal yang dibutuhkan anak itu sebenernya simpel : Dukungan dan keteladanan.

Solusi:

Mencoba menerapkan peraturan yang sudah di buat di depan anak serta memberikan teladan langsung dengan sikap kita yang juga menjaga kehati-hatian kala kita berprilaku dan berucap, terutama kala kita sedang bersama si kecil. Kenapa demikian? Karena pada dasarnya, pola tingkah laku kitalah yang justru akan menjadi panduan bagi perjalanan hidup dan mental anak kita.

6. Tidak Sabar

Diakui atau tidak? Mungkin kita termasuk orang tua yang tidak memiliki ekstra sabar saat mendisiplin si kecil. Ketika si kecil sedang masa aktif,kita justru kerap memilih untuk tidak mau berlama-lama menunggu anak melakukan aktivitasnya yang menurut kita adalah hal yang sangat membuang-buang waktu.

Solusi:

Memberikan perhatian dan waktu kita agar dapat lebih lama dan lebih sering berdua dengan si kecil merupakan langkah bijak dalam mengatasi problematika dalam masalah ini. Maka kala anak kita tengah beraktivitas? Cobalah sesering mungkin untuk terlibat dan mengikuti aktivitas anak (apa pun yang dia lakukan). Dan ingat! Jangan terburu-buru menyuruhnya mengikuti kemauan kita. Kenapa demikian?
Hal ini tak lain karena jika hal tersebut dilakukan? Maka akan ada hal fatal yang kemudian berpotensi untuk terjadi. Sabar dan pahami apa kemauan si buah hati merupakan kunci utama dalam mengatasi problematika anak.

7. Membiarkan Anak


Orang tua terkadang membiarkan anaknya setelah berulang kali menasehati. Misalnya, ibu menyuruh si kecil berhenti bermain. Ibu akan membacakan dongeng sebelum tidur. Mungkin si kecil akan nurut dan berkemas memasuki kamarnya. Namun, tak lama setelah berkemas, dia kembali lagi dengan mainannya. Orang tua yang sudah lelah akan membiarkan balitanya bermain lagi dan berharap dia tidur setelah capek bermain.

Solusi:

Menurut Barnes, “Anak-anak mudah melupakan omongan orang tuanya setelah bertemu dengan sesuatu yang membuatnya senang.”

Maka coba yuk!! Sebagai orang tua, kita tampil sebagai sosok yang senantiasa mengingatkannya kembali akan adanya konsekuensi yang kelak akan diterima si kecil ketika mereka tidak mau mengikuti aturan.

8. Terlalu Mengekang Anak
Sebagai orang tua, setiap ayah dan ibu pasti mempunyai aturan sendiri buat si buah hati untuk mencegah prilaku buruk. Namun, yang jadi permasalahan adalah betapa kita kerap tidak memikirkan apakah peraturan itu bagus untuk perkembangan anak kita.


Solusi:

Jangan terus-menerus memarahinya karena si anak masih dalam tahap pertumbuhan. Boleh mempunyai peraturan, tapi jangan sampai membuat anak terkekang. Okelah!! mungkin kita kadang sangat sebal kalau anak kita terus-terusan merengek karena sesuatu yang tidak diperbolehkan oleh kita. Solusinya? Rasanya kalo udah begitu kita akan lebih bijak jika bisa menasehati si kecil dengan lembut dan tidak marah berkelanjutan terhadap si buah hati.

LUCU BEUDH NI ANAK

Semoga dengan mengetahui 8 kesalahan yang disebutin dalam blog ini? Kita atau siapapun yang udah diamahi Allah sebagai seorang Ayah atau Ibu bisa belajar untuk kemudian berproses jadi sosok orang tua Idaman Anak. Dan semoga kitalah Idola anak kita kelak, amiiiin........


sumber

http://wolipop.detik.com/read/2012/02/24/184323/1851111/857/8-kesalahan-orangtua-dalam-mendisiplinkan-anak--bag-2-
http://wolipop.detik.com/read/2012/02/23/183406/1850254/857/8-kesalahan-orangtua-dalam-mendisiplinkan-anak--bag-1-

0 komentar:

Posting Komentar