Senin, 06 Februari 2012

ESQ (Emotional Spiritual Quotient) dan Trend Dunia Di Era Modernitas

ESQ (Emotional Spiritual Quotient) dan Trend Dunia Di Era Modernitas
-Sebuah Tulisan Langka (Super Serius)-
Hasil Karya :

Fuad Suyatman (Fuad Hasan P. Salman bin Suyatman)

The Craziest and The Most Productive Blogger sekaligus juga
Praktisi Hypnosis solo binaan Ztrongmind -Sebuah Organisasi Hypnosis yang tengah Booming di Blora dan Kota asal Mobil Esemka,Solo


“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, dan kamu melihat manusia masuk ke dalam Diin (agama) Allah dengan berbondong-bondong, maka bertasbihlah atas nama Tuhanmu. Dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Ia adalah Maha Menerima Taubat.” -Qs. An- Nashr (Pertolongan) : 1-3

Dalam buku ESQ Way 165 nya Ary Ginanjar Agustian dikatakan bahwa Prof. Dr. Gay Hendrick dan Kate Ludeman dalam bukunya : The Corporate Mystic yang diterbitkan pada tahun 2002 pernah menyatakan begini :

“Lately, the concern of the big corporation toward ethical, and even spiritual aspect of their employee has grown rapidly –in the global market in the future, you will find saint mystics, or sufis in the big corporation or modern organization, not in the viharas, monosteries, sinagogues, temples, church or mosques.”

Artinya:

Kalo ditanya artinya apa? Gue yang bahasa Inggrisnya lumayan cekak (tapi beruntungnya pernah beberapa kali ke luar negeri,hahahahhaha. Menghibur diri!) pun mengambil makna ucapan mereka kira-kira begini :

“Bahwa kelak akan ada sebuah masa dimana perhatian persekutuan-persekutuan (perkumpulan atau perusahaan besar) bergerak menuju aspek etika, dimana saat itu aspek spiritual dari para pekerja mereka berkembang dengan sangat pesat. Pada (era) pasar global mendatang, kalian (juga) akan melihat aura kerahiban, atau juga (aura kemistikan) para sufi/pemuka agama di dalam sebuah perusahaan besar atau organisasi modern, dan bukan hanya dalam wihara,monosteris, sinagog,kuil ataupun masjid.” (selengkapnya loe bisa baca bukunya Gay Hendrick and Kate Ludeman, The Corporate
Mystics, Bandung : Kaifa 2002)

Dan rasanya, pernyataan Gay Hendrick dan Kate Ludeman diatas itu memang benar. Seperti saat ini saja, diperusahaan ataupun korporasi besar sudah mulai menjamur apa yang dinamakan mistisisme kerahiban yang disertai pergerakan korporasi ke arah etika yang lebih baik. Hal itulah yang kemudian menjadi bukti sahih bahwa perjalanan korporasi atau perusahaan – perusahaan besar saat ini memang sedang mengarah kepada pembangunan aspek spiritualitas manusia (SDM) yang ada di dalamnya. So?

Mulai sekarang tidaklah heran ketika kita mulai banyak menemui “sufi korporasi” di aneka perusahaan besar nasional ataupun multinasional. Yup... Sufi yang memang bertempat dan menjadi bagian dari sebuah korporasi. Jadi bukan saja sufi-sufi penghuni aneka tempat ibadah.

Sementara itu, ada pakar lain yaitu Thomas Friedman menambahkan bahwa suatu saat, dunia menjadi semakin rata (flat) dimana the global economic playing field (lapangan permainan ekonomi global atau biasa disebut zona pasar bebas) is being leveled (berubah menjadi selevel/rata/datar).

(lihat : buku “The world is Flat : A Brief History of The Globalized World in 21st Century”, Penguin, 2005).


Dari pernyataan Thomas Friedman itu, gue pun sampe pada kesimpulan bahwa kelak semakin dunia itu mengalami kemajuan, maka semakin kuat pula penghuninya dalam mencari pemaknaan. Karenanya kemudian dunia pun tumbuh menjadi sebuah institusi global yang tak lagi hanya membutuhkan orang-orang yang bermain dalam tataran fungsi logika dan profesionalisme kerja semata, melainkan juga harus menguasai hakikat (meaning atau pemaknaan).

Dan jika semua pembaca bingung sama apa yang saya tulis ini? Tenang saja…!! Kenapa?
Karena pada intinya jika tulisan di atas itu di skemakan, maka kita akan mengetahui bahwasanya pergerakan dunia dari zaman dahulu sampai dimasa yang akan datang dapat terbagi sebagaimana skema berikut:

Agriculture age (ini terjadi dizaman prasejarah. Cirri zamannya? Yang kuatlah yang berkuasa) --> The Industrial Age (ini terjadi dimasa revolusi industry sedang heboh-hebohnya, sampai pada zaman awal krisis ekonomi. Cirri zamannya? Yang pintarlah yang berkuasa dan bertahan. ) -->INFORMATION AGE (lha kalo ini zamannya ya sekarang ini dimana para facebookers, twitter dan wazzup mania sedang menggema. Cirinya? Siapa yang eksis di dunia maya? Dialah yang mengendalikan dunia.) --> and akhirnya…FINALLY? Zaman pun berujung pada CONCEPTUAL AGE yang bercirikan adanya pengarahan konsep zaman pada hakikat “Ultimate Meaning and Purpose” atau PUNCAK MAKNA DAN TUJUAN HIDUP NAN UNIVERSAL

Memang pada hakikatnya, trend dunia kini –disadari atau tidak- kini tengah dan terus mengarah serta mencari nilai spiritualitas mereka. Namun sangat disayangkan bahwa mereka (negara – negara Barat serta negara-negara yang berkiblat pada negara barat itu) barulah sekedar mengerjakan sesuatu yang bersifat “OUTSIDE IN” dalam arti bahwa mereka baru mengenal sisi spiritualitas dari kulit luarnya saja.

MAKSUDNYA? Bahwa orang barat dan orang yang berkiblat pada mereka barulah sebatas mengenal aspek spiritualitas itu dari segi fisiknya saja (yaitu dengan semata melakukan aturan-aturan berdimensi spiritual yang terbilang sangat rumit dan menjemukan saja). Sementara jalan terbaik menuju kesadaran itu menurut Ary Ginanjar Agustian adalah dengan menanamkan kesadaran bahwa SQ (kecerdasan spiritual) merupakan sebuah elemen yang sangat di perlukan dan sangat penting bagi usaha menciptakan kehidupan yang selaras dengan alam dan Tuhan (INSIDE OUT). Adapun –menurut Ary Ginanjar Agustian lagi- kunci kecerdasan SQ (SPIRITUAL QUOTIENT) sesungguhnya dimulai dari 1 hal yang esensial yakni apa yang sering kita namakan PROSES KESADARAN.

Dan dimana kita sekarang? Kita semua adalah sosok manusia modern yang tengah ada di zaman informasi (Information ages), sebuah jaman dimana? Ga ada loe on facebook --> dunia ga rame. SO? IJINKAN SAYA 'NYAMPAH MULAI HARI INI."

HEHEHEHE

Sumber :



ESQ (Emotional, Spiritual Quotient) : The ESQ Way 165 karya Ary Ginanjar Agustian

0 komentar:

Posting Komentar