Senin, 27 Februari 2012

Indonesia Butuh Kita, Sob!

Oleh :
Fuad Suyatman (Fuad Hasan P. Salman bin Suyatman)
The Most Productive Blogger of The Year versi majalah Luarbiasa 2012-2022
The Inspirational Blogger of The Year versi versi Majels 2012-2022
The Richest Blogger of the Year versi Forbes Magazines 2013-2015
The Craziest and The Most Productive Blogger sekaligus juga
Praktisi Hypnosis solo binaan Ztrongmind -Sebuah Organisasi Hypnosis yang tengah Booming di Blora dan Kota asal Mobil Esemka,Solo


Krisis yang sedang melanda bangsa ini terbukti telah menyebabkan banyak orang mengalami penurunan kualitas emosional hingga membuat bangsa ini menjelma menjadi bangsa “bebek” yang kehilangan nilai inisiatip dan kreatipitasnya. Dan akibat krisis multidimensi ini juga rakyat pun semakin kehilangan nilai keteladanan dan kepemimpinan yang seharusnya ditunjukkan oleh penguasa negeri ini. Namun yang terjadi justru adalah situasi dimana yang kuasa berebut kuasa dan yang miskin semakin terpuruk. Lantas kalau begitu apa yang bisa kita lakukan?

Saya kemudian teringat salah satu nasehat teman yang sama-sama pengagum Aa' Gym alias Ustadz Abdullah Gymnastiar. Dia bilang ke saya begini :"Tugas kita sedari dulu simple banget kok, Kang! Ga berubah. Kita ini dicipta Allah sebagai khalifah dunia yang harus menjadi teladan sesama."

Lha terus dia bilang sama saya begini : "Karenanya kita harus jadi manusia yang peka terhadap perubahan yang tak pernah berhenti menjadi tauladan buat diri sendiri khususnya dan orang lain secara umum. Dan saya rasa saya sepakat sama apa yang dibilang Aa' Gym tentang tiga langkah sederhana menuju perubahan. Apa itu? (1). Memulai dari diri sendiri (2)mulai dari yang kecil (3) mulai sekarang juga."

Sampai detik ini? Saya masih ingat bener kata-kata temen saya itu. Dan saya pun sepakat dengan apa yang dia katakan. Karena memang saya ingat betul apa yang di tulis Kang Danang A. Akbarona dalam bukunya bahwa :

"Sebelum mencapai derajat manusia pemimpin, seorang yang sudah mengazamkan untuk berubah dan merubah lingkungannya haruslah memulai aksinya dengan melatih diri menjadi sosok manusia pembelajar."


Siapa manusia pembelajar itu?



Dalam buku "The Power of Dream" karya Danang A. Akbarona dijelaskan betapa manusia pembelajar adalah sosok manusia yang sudah menyatakan niatnya untuk merubah diri dengan mempelajari semua “matakuliah” dari Allah dalam universitas kehidupan dengan cara menyediakan dirinya agar bisa mulai mempertanggungjawabkan apa yang ia lakukan, baik kepada manusia, alam dan terlebih kepada Allah SWT."

Dan dari derajat manusia pembelajar itulah -kata Kang Danang- seorang manusia bisa bergerak ke tahap selanjutnya yaitu menjadi manusia pemimpin (leader) sebagaimana keinginan Allah yang memang telah menjadikan manusia sebagai sosok manusia pemimpin dunia ini.

Dengan meningkatnya kualitas manusia itu (dari semula manusia pembelajar dan sekarang menjadi manusia pemimpin) maka kemudian tanggung jawab dirinya pun otomatis akan bertambah.Yuph, menjadi manusia pemimpin memang sama artinya dengan menjadi sosok yang harus siap untuk secara total menyediakan diri untuk memulai misi kepemimpinan yang dalam setiap langkah dan kebijakannya harus selalu mempertimbangkan secara serius arti kemajuan diri dan masyarakat.Kenapa demikian?

Hal tersebut tak lain adalah sebuah indikasi bahwasanya “sebagai manusia pemimpin, kita memang memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan (empowering) hingga pada proses membimbing manusia dan masyarakat menuju kondisi yang menggiring jatidiri mereka menuju kejatidirian sejati yaitu jati diri yang menyangkut aspek kemanusiaan."

Bicara soal jati diri? Manusia yang sejak masa penciptaannya sudah diamanahi Allah dan seluruh alam untuk mengelola dan memimpin dunia ini memang ditekankan untuk senantiasa memiliki dan menjaga jatidiri kemanusiaannya. Jati diri kemanusiaan?

Ya...!! Jati diri kemanusiaan yang dalam penjabaran maknanya mengandung arti demikian : "Bahwasanya jatidiri kemanusiaan tiada lain adalah sebuah kondisi dimana manusia bisa dilihat dalam kesempurnaan dimensinya sebagai makhluk fisik, makhluk sosial-emosional, serta sosok manusia yang berdimensi mental dan spiritual yang memiliki kemerdekaan dalam pilihan2, sikap dan tindakan. Ini artinya : manusia pemimpin adalah sosok2 yang selalu berproses menjadi teladan ditengah masyarakat."


Namun sayangnya, hampir semua manusia lupa betapa menjadi pemimpin sungguh berbeda dengan memiliki sebuah jabatan.
Ya, pada hakikatnya yang dinamakan kepemimpinan tiada lain ialah sikap untuk menjaga objektivitas yang memisahkan antara amanah yang sedang diembannya dengan hal-hal yang “notabenenya” berada diluar diri kita namun begitu kuat kita pegang. Seperti : kekuasaan, pekerjaan, pangkat juga jabatan. Kepemimpinan sendiri memang sebuah tahapan yang harus dijalani untuk menjadi manusia paripurna yaitu sosok manusia nan arif, bijaksana, serta memiliki kematangan dan kebaikan mental).

Saya sendiri mengutip pernyataan Arvan Pradiansyah dalam bukunya : “You Are a Leader!” terbitan Gramedia tahun 2002 dinyatakan : “whatever you are. You are a leader. Because Leadership is not a position but leadership is an action.”


KRITERIA MANUSIA PEMIMPIN


Bahwasanya kita semua ini (tanpa peduli apapun profesi dan siapapun kita?) Kita adalah sosok -sosok yang sedari awal penciptaannya sudah dihebatkan Tuhan dengan dijadikannya kita sosok-sosok pemimpin. Tapi sebenernya, gimana dan apa aja sih syarat yang harus dimiliki pemimpin untuk jadi sosok-sosok yang terbaik itu?

"Sesungguhnya syarat utama menjadi pemimpin itu ialah kesediaannya menjadi manusia paripurna, karena hanya dengan menjadi manusia paripurnalah upaya memberdayakan masyarakat sekitar bisa terwujud. Hal ini tak lain karena manusia paripurna memang sebuah potret yang harus dimiliki seorang calon pemimpin sekaligus sebagai syarat pembuka bagi terciptanya jiwa kepemimpinan yang sempurna."

Begitulah kata - kata teman saya yang kembali saya aminkan. Ya...!! Jabatan bukan anugerah semata memang, melainkan sebuah amanah yang hanya bisa dijalankan oleh sosok-sosok manusia paripurna yang senantiasa mampu memberi contoh dan keteladanan kepada siapapun sehingga membuat masyarakat merasakan sebuah energi kepercayaan (trust energy) yang mengikat diri mereka dengan pemimpinnya.

Sebagai penutup?
Ada beberapa unsur nilai yang memang secara mutlak harus dimiliki oleh eorang pemimpin nan paripurna. Ya, pemimpin nan paripurna memang harus diciptakan dengan separipurna mungkin. Kenapa? Karena tanpa itu, seorang pemimpin hanya memiliki nilai yang 'biasa' saja tanpa ada nilai 'keluarbiasaan' yang bisa menjadikan dirinya sosok yang dibanggakan rakyat. Lantas bagaimana seorang pemimpin harus bersikap dan berbuat untuk menjadi sosok yang layak dikategorikan sebagai manusia paripurna?

Dalam menjawab hal ini, saya kemudian menjabarkan apa yang diungkapkan oleh Leo Tolstoy (seorang Filsuf asal Rusia) yang dulu pernah mengatakan demikian : “everybody thinks of changing the world. But nobody thinks of changing himself.”

Dalam sindiran ala Tolstoy itu ada sebuah pelajaran yang menarik bahwasanya setiap hari, seringkali kita selalu memikirkan bagaimana cara merubah dunia, yang mana kita sendiri karenanya menjadi lupa betapa kita tidak pernah memikirkan bagaimana diri kita bisa berubah. Padahal kata Tolstoy? “Kekuatan yang digunakan untuk merubah sesuatu yang lebih besar harus dimulai dari diri sendiri sebagai bagian dari “hal besar” itu."

Karenanya kemudian menjadi sebuah kewajiban bagi kita, jikalau kita ingin menjadi pemimpin yang berkategori manusia paripurna? Kita harus siap untuk menempa diri dan mengasah sifat dan kehebatan kita dulu agar selalu digerakkan oleh unsur ‘nilai’ kemanusiaan. Apa saja sifat-sifatnya?

(1) integritas
(2) kerendahan hati
(3)pengendalian diri
(4) keberanian
(5) inisiatif
(6) kreatif
(7) kesabaran
(8) kerajinan
(9) kesungguhan dan
(10) kesederhanaan.

Barulah ketika seorang pemimpin mampu mengaplikasikan serta menularkan kesepuluh sifat diatas, suatu keadaan masyarakat nan ideal yang selama ini hanya sebatas angan semata, secara perlahan tapi pasti bisa kita wujudkan kelak. Semoga!

Sumber : Buku The Power Of Dream Karya Danang A. Akbarona serta buku penunjang lainnya

0 komentar:

Posting Komentar