Rabu, 29 Februari 2012

MANUSIA DAN HARAPAN

Sebuah Penjabaran salah satu bab buku "Percepatan Rezeki"
Karya Ippho Santosa yang dimodifikasi oleh:


Fuad Suyatman, Ch. M.

Hypnoblogger, Hypnographolog and Hypnolove Master in

1. King Of Mind

(http://seratdakwah.blogspot.com/2012/04/king-of-mind.html)

2. Ztrongmind

(http://www.ztrongmind.net)
and
3. Relax's Mind

(http://www.facebook.com/groups/288023281266070/)
Surakarta

Bismillahirrohmaanirohiim...



Bicara mengenai manusia dan impiannya? Secara sadar atau tidak ternyata manusia langsung terbagi menjadi tiga level :

a. Manusia level satu :
yaitu mereka yang ketika mereka memiliki hajat, impian dan harapan? Maka mereka akan berusaha keras (namun tanpa berdoa)

b. Manusia level kedua :
yaitu mereka yang ketika memiliki hajat, impian dan harapan? Mereka akan berusaha keras kemudian berdoa. dan terakhir?

c. Manusia level ketiga :
yaitu mereka yang ketika memiliki hajat, harapan serta impian? Maka mereka akan berusaha keras, kemudian mereka akan berdoa dengan kesungguhan hati serta beramal baik sebaik-baiknya demi menunjukkan keseriusan permintaannya itu kepada Allah. Naah...manusia level tiga ini adalah tipikal manusia yang oleh Ippho Santosa disebut ‘para pembeli impian’, lantaran mereka membeli impian mereka dengan melakukan amalan yang dicintai Allah seraya tetap melakukan upaya terbaik dalam menggapai impiannya itu.

Adapun aktivitas manusia golongan ketiga ini oleh Ippho Santosa dan semua pakar otak kanan kerap disebut sebagai sebuah “aktivitas berniaga dengan Allah dengan bermodalkan rasa ikhlas.


Ikhlas itu apa? Ikhlas jika dikaitkan dengan aktivitas membeli impian memiliki makna bahwasanya segala upaya dalam melakukan aneka kebaikan yang tujuannya hanya mengharap ridha dari Allah maka itulah yang dinamakan ikhlas.Adapun yang menjadi kekuatan dari rasa ikhlas yang selama ini justru dicibir orang sebagai tanda ketidak ikhlasan yaitu : BETAPA IKHLAS SESUNGUHNYA SANGAT IDENTIK DENGAN KATA BERHARAP.

Tapi bukannya berharap itu cermin ketidakikhlasan?
Ooo... itu kan kalo konteksnya berharap sama manusia. Lha kalo berharap (apalagi sambil berdoa) kepada Allah? Justru itulah yang baek (bahkan dianjurkan banget). Kenapa?

Hal ini karena pada saat kita berharap itu, sesungguhnya kita para pengharap ridha Allah bakal memperoleh tiga pahala. Apa aja itu?

Pahala pertama, tentu adalah pahala sedekah ataupun pahala kebaikan kita lainnya

Pahala kedua, adalah pahala berharap dan berdoa pada Allah. Hal ini dikarenakan setiap kali kita berdoa, sesungguhnya kita tengah meminta pancaran kebaikan hanya dari Allah. Sementara kita ketahui bersama? Berdoa kepada Allah oleh sebuah hadist Nabi dikatakan merupakan sari amal ibadah. “Addu’a u Mukhul Ibaadah” : doa itu adalah sari amal Ibadah


Pahala ketiga adalah : pahala Iman. Kenapa? Tiada lain karena ketika kita berharap dan meyakini bahwa Allah itu akan mengabulkan doa kita maka sesungguhnya kita tengah menegaskan bahwa kita percaya betapa Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Nah thu?

Jadi kita ini ni...seringkali salah kaprah menyatakan bahwa kita thu kudu iklas seiklas iklasnya dalam berbuat dan jangan meminta apapun selepas berbuat baek. Iya, bener emang gitu kalo konteksnya ialah berharap sama manusia. Itu ga boleh. Dosa!! Tapi kalo berharap sama Allah supaya dari amal kita trusan Allah jadiin kita manusia yang lebih baek?

Itu mah kudu. Wajib...!! Salah-salah kalau kita nyamain betapa kita ga usah berharap apapun sama Allah setelah kita berbuat baek lantaran kita takud dikata pamrih? Justru ntar kita dikata Allah sebage hamba yang sombong lageh sama Allah and malaikat.Hiiyy...

Makanya gue kemudian sepakat sama ucapan ini : "Iringilah kejahilannmu dengan kebaikan, karena dengan demikian Allah akan mengampuni kejahilan (kebodohan) kamu itu. Dan iringilah kebaikanmu itu dengan doa dan harap hanya kepada-Nya. Karena yang demikian itu akan mengindahkan hidup dan hari-harimu."



wallahu a'lam dah

Sumber : Buku Percepatan Rezeki Bab 2

0 komentar:

Posting Komentar