A Great Leader is a Teacher
Penulis : Yuswohady
Mr. ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi) : Fuad Suyatman (Fuad Hasan P. Salman bin Suyatman)
Pemimpin yang hebat menurut kacamata salah satu kontributor tulisan di website Andrie Wongso (http://www.andriewongso.com/artikel/artikel_tetap/4542/A_Great_Leader_is_a_Teacher/) yang saya sangat sukai yakni Pak Yuswohady tiada lain adalah mereka yang selain menjadi pemimpin, mereka pun mampu menjadi sosok guru yang mumpuni. Kenapa begitu? Coba saja lihat, tugas seorang guru. Tugas dan misi termulia dari seorang guru adalah "mewariskan" apa yang dimilikinya kepada para muridnya. Apa saja yang diwariskan?
Pak Yuswohady yang kebetulan adalah seorang guru kemudian membaginya menjadi tiga elemen utama yaitu:
a. pengetahuan (knowledge),
b. keahlian dan pengalaman (skill), dan
c. sikap, perilaku, budi pekerti (attitude).
Dengan berbekal knowledge-skill-attitude (atau dikenal dengan sebutan KSA) seorang guru senantiasa untuk tak berhenti berupaya membentuk si murid untuk menjadi seperti dirinya. Jadi dengan kata lain seorang guru haruslah menjalankan fungsi role-modeling. Nggak bisa si guru mengajarkan kepada si murid tapi cuma omong saja tanpa dia mempraktikkannya.
"Karya terbesar" seorang guru adalah "warisannya" yaitu, si murid yang sudah tertempa KSA-nya hingga menjadi seperti dia, bahkan melebihinya. Guru yang baik adalah mereka yang total menumpahkan KSA yang dimilikinya kepada si murid tanpa tersisa sedikit pun. Contoh mudahnya begini :
Anda pernah nonton film Star Wars? Kalau kita nonton film Star Wars, maka saat-saat Yoda memberikan ilmu terakhir yang dimilikinya kepada si murid Luke Skywalker itulah salah satu contoh akan momen-momen berharga yang berkaitan dengan knowledge-skill-attitude (atau dikenal dengan sebutan KSA) yang digambarkan secara dramatik dan sarat makna.
Pemimpin yang baik itu pun harus memiliki sikap layaknya sikap seorang guru sejati yang selalu ingin melayani (serve) dan berkorban (sacrifice) untuk kebaikan dan keutamaan si murid. Itu sebabnya kenapa oleh pemerintah zaman Orde Baru para guru kemudian mendapatkan julukan "Pahlawan Tanpa Tanda Jasa". Guru yang hebat adalah mereka yang secara tulus-ikhlas berkorban demi untuk kebaikan, kesuksesan, dan kejayaan murid-muridnya. Guru bukanlah pekerjaan yang selfish. Guru yang hebat peduli pada muridnya ketimbang dirinya sendiri. Hakiki seorang guru adalah pelayanan, pengabdian, dan dedikasi diri kepada orang lain. Guru adalah sebuah compassion.
Itu guru. Lalu bagaimana dengan pemimpin?
Pemimpin pun demikian. Seorang pemimpin yang hebat pasti merupakan sosok pribadi yang mampu pula menjadi guru yang terbaik. James Kouzes dan Barry Posner dalam buku terakhirnya: A Leader's Legacy mengatakan bahwa: "Leadership is about leaving a lasting legacy". Pekerjaan utama seorang pemimpin adalah meninggalkan "warisan" yang tak lekang ditelan zaman.
Sebagai contoh:
1. Gandhi dikenal sebagai pemimpin hebat lantaran ia meninggalkan/mewariskan sebuah pembelajaran
akan indahnya prinsip perlawanan penjajah dengan tanpa kekerasan;
2. Bill Gates pun demikian. Ia adalah prototype pemimpin sejati karena telah meninggalkan/mewariskan Microsoft dan Gates & Melinda Foundation;
3. Mohammad Yunus pun disebut pemimpin hebat lantaran dirinya mampu meninggalkan sebuah warisan kepada negara, dan pengikutnya berupa Grameen Bank berikut aktivitasnya memberdayakan kaum papa;
4. dan yang paling jelas tentu adalah bagaimana Ir Soekarno yang memang produk pemimpin sejati lantaran ia mampu meningalkan warisan kepada negeri ini berupa Kemerdekaan Indonesia.
Tapi sesungguhnya warisan para pemimpin besar itu tak hanya sebatas itu. Ada warisan lain yang justru lebih bermakna mendalam. Ambil contoh saja Ir. Soekarno. Bagaimanapun sepak terjang beliau, ada sisi yang kemudian dianggap sangat layak untuk menjadikan beliau sosok pemimpin hebat. Apa itu?
Yup, pengabdian dan dedikasi. Ir. Sukarno (sama seperti pemimpin besar dunia yang lain) merupakan sosok yang kualitas kepemimpinannya begitu kentara jelas karena dirinya telah menyerahkan seluruh hidupnya untuk diabdikan dan didedikasikan untuk menghasilkan dan (setelah mati) meninggalkan warisan tak ternilai, kemerdekaan Indonesia.
Warisan terbesar Soekarno lainnya sebagai pemimpin tentu adalah "murid-murid"-nya, yaitu para pemimpin penerus bangsa yang selalu terinspirasi untuk mewujudkan impian-impiannya mengenai kemerdekaan Indonesia yang sesungguh-sungguhnya. Jadi warisan Soekarno masih cacat dan belum paripurna kalau para pemimpin yang meneruskannya berperangai bukan pemimpin: suka korupsi, selfish, rakus kekuasaan, greedy, munafik. Leader must create other leaders, pemimpin harus menghasilkan pemimpin lain yang lebih hebat darinya. Sama dengan guru harus menghasilkan murid-murid yang lebih hebat darinya.
Maka seperti halnya guru, seorang pemimpin juga harus mentransfer dan meng-copy KSA yang dimilikinya kepada orang-orang yang dipimpinnya (followers). Itu atinya, ia harus memainkan peran role modeling bagi para follower-nya. Untuk memainkan peran ini maka seorang pemimpin harus beres KSA-nya. Bagaimana kalau KSA-nya belepotan? Ya, tentu saja si pemimpin akan kehilangan kredibilitasnya, karena: he doesn't practice what he preach. Dan kita tahu kredibilitas adalah "nyawanya" kepemimpinan. Anda nggak kredibel di mata anak buah, maka habislah Anda.
Dan akhirnya, seperti halnya guru, seorang pemimpin haruslah serve & sacrifice. Pemimpin yang ikhlas selalu melayani dan berkorban agar orang-orang yang dipimpinnya berkembang. Tugas berat seorang pemimpin adalah mentransformasi para follower-nya dari good menjadi great, dari orang biasa-biasa saja menjadi orang luar biasa. Seorang pemimpin harus memfasilitasi dan menjadi enabler bagi para follower-nya untuk sukses, untuk make a difference, untuk make a legacy.
Sama dengan guru, pemimpin yang jujur dan ikhlas peduli pada follower-nya ketimbang dirinya sendiri. Hakiki seorang pemimping adalah pelayanan, pengabdian, dan dedikasi diri kepada orang lain. Pekerjaan memimpin adalah sebuah compassion. Kalau sudah begini kita menjadi sadar bahwa pekerjaan seorang pemimpin demikian mulianya. Karena itu pemimpin yang jujur dan ikhlas seharusnya pantas mendapatkan penghargaan Pahlawan Tanpa Tanda Jasa-seperti halnya guru.
sumber : http://www.andriewongso.com/artikel/artikel_tetap/4542/A_Great_Leader_is_a_Teacher/
0 komentar:
Posting Komentar