Senin, 05 Desember 2011

CARA MENYELAMATKAN DIRI DARI BENCANA DAN MUSIBAH MENURUT AL-QURAN DAN AS-SUNNAH


Di Tulis kembali Oleh :
Fuad Suyatman (Fuad Hasan P. Salman bin Suyatman)
The Craziest and The Most Productive Blogger sekaligus juga
Praktisi Hypnosis solo binaan Ztrongmind -Sebuah Organisasi Hypnosis yang tengah Booming di Blora dan Kota asal Mobil Esemka,Solo

diambil dari http://kurawa06.wordpress.com


Gempa bumi... tanah longsor ....banjir bandang....... gunung meletus...
tsunami.... kebakaran hutan.... dan ....bencana kelaparan
ketakutan... rasa kehilangan... atau apapun itu...
Sesungguhnya adalah salah satu bukti kekuasaan Allah atas semua makhluk ciptaan Nya. Sekaligus juga bukti betapa tidak berdayanya makhluk terhadap Sang pencipta, yaitu Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Yeah...beberapa jam lalu, kita kembali mendengar, betapa saudara kita di Aceh sana kembali di 'hadiahi' ujian kenaikan derajat iman berupa gempa yang guncangannya juga tak bisa dianggap kecil. 8.9 Skala Richter yang kemudian diralat menjadi 8.5 Skala Richter bukan sebuah ukuran goncangan yang kecil. Kenapa? Karena angka 8.5 Skala Richter menunjukkan adanya 850 goncangan perdetik yang baru saja mengguncang kenyamanan saudara kita di Aceh sana. Dan itu bukan hal kecil. Itulah teguran... juga tanda kasih sayang. Dari siapa? Tentu saja dari Allah, Dzat penguasa alam semesta.

Tapi apakah dengan begitu Allah tengah marah pada kita?

Tentu saja kita berdoa, semoga bukan demikian yang terjadi. Karena sesungguhnya Allah adalah Dzat Agung yang Maha Penyayang. Maka Bencana-bencana semua itu janganlah sekali - kali dianggap sebagai kemurkaan Allah kepada makhluknya semata.

Bencana itu tiada lain adalah sebuah makna yang seharusnya kita bisa ambil pelajarannya. Betapa sebagai makhluk, kerap kali manusia itu lupa betapa disegala kegiatannya, ada Dzat Agung yang senantiasa mengawasi dan memberikan kita jutaan nikmat. Termasuk nikmat peringatan.. juga nikmat pembelajaran.

Bisa jadi, gempa yang baru saja menimpa saudara kita di Aceh dan sekitarnya itu adalah peringatan sekaligus terguran awal-Nya atas segala kesalahan dan kelalaian yang sering kita perbuat.

Bisa jadi pula, gempa yang baru saja terjadi itu adalah teguran dari-Nya, betapa kita tidak boleh terus menerus terjerumus ke dalam dosa dan maksiat.

Tapi ada hal yang mesti kita semua camkan dalam hati!!
Betapa melalui peristiwa gempa yang baru saja terjadi di bumi Aceh sana, kita kemudian seolah sedang diingatkan kembali betapa sesungguhnya Allah masih sayang sama kita. Yeah.. masih sayang kita.

Kenapa? Karena jika sampai Allah tidak sayang lagi pada kita selaku hamba-Nya? Sudah pasti kita tidak akan diperingatkan dengan aneka bencana dan musibah dulu. Melainkan sudah langsung di Adzab seperti halnya disaat Allah dengan serta merta mengadzab Kaum Luth dan Kaum nabi Syuaib.

Dan mungkin saja kita semua sudah paham, bahwa segala yang terjadi di dunia ini adalah sudah menjadi ketetapan Allah. Dan tidak ada satu cara atau kekuatan apapun yang sanggup untuk menolak ketetapan Allah tersebut kecuali hanya dengan doa. Sebagaimana sabda rasululloh : "Sesungguhnya doa itu memberi manfaat kepada yang telah diturunkan dan kepada yang belum diturunkan. Dan tidak ada yang dapat menolak ketetapan Allah, melainkan doa. Karena itu, berdoalah kamu semua." (hadits Riwayat Turmudzi).

Karena itu tentu suatu perbuatan baik dan terpuji bila kita selalu membiasakan diri berdoa memohon kepada Allah swt agar diselamatkan dari berbagai musibah dan bencana yang akan menimpa umat manusia. Dari berbagai rangkaian musibah, ujian dan bala bencana yang menimpa manusia, khususnya negeri ini, adalah karena perbuatan maksiat dan dosa mereka kepada Allah Swt dan RasulNya dalam merespon dakwah para Nabi dan Rasul-rasul Allah Swt.

Selain itu mereka juga mendustakan ayat-ayat Allah, mengkufuri nikmat-nikmatNya dan menukarkan kenikmatan itu dengan kekafiran, serta para penguasa dan pembesar-pembesarnya menukar hukum Allah dengan hukum jahiliyah dan kecenderungan masyarakat memilih serta mengikuti tradisi nenek moyang dengan ajaran sesatnya yang bertolak belakang dari hidayah dan Sunnah Rasulullah Saw. Al Qur'an sendiri dengan tegas menjelaskan dan membenarkan hal tersebut. Allah Swt berfirman: "Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman." (QS. Al Qhashash, 28 : 59)

Tak hanya itu, dalam ayat lain pun Allah kembali berfirman: "Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.(QS. Hud : 117)

Maka sungguh... tak pernah ada kata siksa kepada para Hamba Allah yang senantiasa menjaga rasa syukur dan menjaga kualitas imannya. Allah sendiri tegas sekali mengatakan itu dalam firman-Nya: "Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui.".(QS. An Nisaa : 147)

Sungguh...!! Siksaan itu hanyalah berlaku bagi mereka yang mendurhakai Allah sementara mereka sudah diperingatkan untuk beriman. Firman Allah: "Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu (supaya mentaati Allah) tetapi mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan (ketentuan Kami), kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya." (QS. Al Isra, 17 : 16)

Dan karenanyalah... sebagai hamba Allah yang baik, kita janganlah sampai berani untuk menjadi sosok-sosok pembangkang lagi durhaka. Kenapa? Karena Allah sendiri sudah tegas menjelaskan, betapa Ia akan membinasakan negeri itu sebelum kiamat menjelang. "Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya) dengan azab yang sangat keras. yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab (Lauh Mahfuzh)."(QS. Al Isra, 17 : 58)

Allah..
Dialah Dzat yang menuruti segala persangkaan hamba-Nya.
Suka..duka...
sedih...gembira...
ceria...bencana...
kenikmatan... ataupun adzab-Nya? Adalah karena hasil upaya kita, sebagai hamba-Nya. Apakah kita ini termasuk hamba yang taat? atau pembangkang? Sungguh Allah hanya mengikuti persangkaan hamba-Nya.
Firman Allah :Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh perbuatan tangan kamu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari dosa-dosamu." (QS. As Syura, 42 : 30)

Yang demikian pun tertuang jelas dalam sejumlah ayat-ayat indah-Nya: (QS. An-Nahl, 16 : 112) (QS. Ibrahim, 14 : 28-29) (QS. Rum, 30 : 9-10). (QS. Al An fal, 8 : 49-55) yang semuanya menerangkan betapa kedatangan musibah dan bala bencana pastilah ada sebabnya. Dan sesungguhnya kitalah pemegang kunci utama atas terjadi atau tidaknya bencana dan musibah itu.

Rasulullah Muhammad SAW, manusia teragung kekasih Allah pun dalam aneka hadist pernah menerangkan betapa terjadinya musibah dan bencana itu tiada lain adalah karena ada sebabnya. Salah satu hadist Nabi yang membahas masalah bencana itu antara lain adalah hadist-hadist berikut:

a. Berkata Ummu Salamah, istri Rasulullah Saw, aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Jika timbul maksiat pada ummatku, maka Allah akan menyebarkan azab-siksa kepada mereka". Aku berkata : "Wahai Rasulullah, apakah pada waktu itu tidak ada orang-orang shalih?" Beliau menjawab: "Ada!". Aku berkata lagi: "Apa yang akan Allah perbuat kepada mereka?" Beliau menjawab: "Allah akan menimpakan kepada mereka azab sebagaimana yang ditimpakan kepada orang-orang yang berbuat maksiat, kemudian mereka akan mendapatkan keampunan dan keredhaan dari dari Rabbnya."(HR. Imam Ahmad)

b. Lima Sebab Datangnya Azab dan Siksa Allah.
Rasulullah Saw bersabda: "Bagaimana kalian apabila terjadi lima perkara, dan aku berlindung kepada Allah mudah-mudahan lima perkara itu tidak terjadi pada kamu atau kamu tidak menjumpainya, yaitu, Tidaklah perbuatan zina itu tampak pada suatu kaum, dikerjakan secara terang-terangan, melainkan tampak dalam mereka penyakit ta'âwun dan kelaparan yang tidak pernah dijumpai oleh nenek moyang dahulu. Dan tidaklah kaum itu menahan zakat, melainkan mereka ditahan oleh Allah turunnya hujan dari langit, andai kata tidak ada binatang ternak tentu mereka tidak akan dihujani.Dan tidaklah kaum itu mengurangi takaran dan timbangan, melainkan mereka disiksa oleh Allah dengan kesengsaraan bertahun-tahun dan sulitnya kebutuhan hidup dan nyelewengnya penguasa. Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka itu menghukumi dengan selain kitab yang diturunkan oleh Allah, melainkan mereka akan dikuasai oleh musuh yang merampas sebagian kekuasaan mereka. Dan tidaklah mereka itu menyia-nyiakan kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya, melainkan Allah menjadikan bahaya di antara mereka sendiri."(HR. Ahmad dan Ibnu Majah)


KESIMPULANNYA?

Yeah..Ternyata sebab kenapa ada musibah dan bencana itu sangat tergambar jelas. Baik ayat-ayat Allah maupun hadist Nabi Muhammad pun tegas menjabarkan alasan dibalik jatuhnya adzab dan bencana. Dan Allah tidak serta merta mengadzab hamba-Nya, kecuali jika hama-Nya itu melakukan kedurhakaan yang nyata yang menyebabkan terciptanya sebab-sebab datangnya musibah dan bala bencana.

Rasulullah Muhammad Saw selaku manusia pilihan pun juga menerangkan akan sebab-sebab musibah dalam haditsnya:

"Berkata Ummu Salamah, istri Rasulullah Saw: "aku mendengar Rasulullah Saw bersabda: "Jika timbul maksiat pada ummatku, maka Allah akan menyebarkan azab-siksa kepada mereka." Aku berkata : "Wahai Rasulullah, apakah pada waktu itu tidak ada orang-orang shalih?" Beliau menjawab: "Ada!". Aku berkata lagi: "Apa yang akan Allah perbuat kepada mereka? Beliau menjawab: "Allah akan menimpakan kepada mereka azab sebagaimana yang ditimpakan kepada orang-orang yang berbuat maksiat, kemudian mereka akan mendapatkan keampunan dan keredhaan dari dari Rabbnya". (HR. Imam Ahmad)

Seputar Lima Sebab Datangnya Azab dan Siksa Allah?

Rasulullah Saw bersabda: "Bagaimana kalian apabila terjadi lima perkara, dan aku berlindung kepada Allah mudah-mudahan lima perkara itu tidak terjadi pada kamu atau kamu tidak menjumpainya, yaitu (1.) Tidaklah perbuatan zina itu tampak pada suatu kaum, dikerjakan secara terang-terangan, melainkan tampak dalam mereka penyakit ta'âwun dan kelaparan yang tidak pernah dijumpai oleh nenek moyang dahulu. (2.) Dan tidaklah kaum itu menahan zakat, melainkan mereka ditahan oleh Allah turunnya hujan dari langit. Andai kata tidak ada binatang ternak tentu mereka tidak akan dihujani. 3. Dan tidaklah kaum itu mengurangi takaran dan timbangan, melainkan mereka disiksa oleh Allah dengan kesengsaraan bertahun-tahun dan sulitnya kebutuhan hidup dan nyelewengnya penguasa. 4. Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka itu menghukumi dengan selain kitab yang diturunkan oleh Allah, melainkan mereka akan dikuasai oleh musuh yang merampas sebagian kekuasaan mereka. 5. Dan tidaklah mereka itu menyia-nyiakan kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya, melainkan Allah menjadikan bahaya di antara mereka sendiri." (HR. Ahmad dan Ibnu Majah)




Ada Lima Belas Perkara Mendatangkan Musibah & Bala Bencana:


Dari Ali bin Abi Thalib Ra berkata: Rasulullah Saw bersabda: "Apabila umatku telah melakukan lima belas perkara, maka halal baginya (layaklah) ditimpakan kepada mereka bencana." Ditanyakan, "apakah lima belas perkara itu wahai Rasulullah?" Rasulullah Saw bersabda: "Apabila Harta rampasan perang (maghnam) dianggap sebagai milik pribadi, Amanah (barang amanah) dijadikan sebagai harta rampasan, Zakat dianggap sebagai cukai (denda), Suami menjadi budak istrinya (sampai dia), Mendurhakai ibunya, Mengutamakan sahabatnya (sampai dia), Berbuat zalim kepada ayahnya, Terjadi kebisingan (suara kuat) dan keributan di dalam masjid (yang bertentangan dengan syari’ah), Orang-orang hina, rendah, dan bejat moralnya menjadi pemimpin umat (masyarakat), Seseorang dihormati karena semata-mata takut dengan kejahatannya, Minuman keras (khamar) tersebar merata dan menjadi kebiasaan, Laki-laki telah memakai pakaian sutera, Penyanyi dan penari wanita bermunculan dan dianjurkan, Alat-alat musik merajalela dan menjadi kebanggaan atau kesukaan, Generasi akhir umat ini mencela dan mencerca generasi pendahulunya; Apabila telah berlaku perkara-perkara tersebut, maka tunggulah datangnya malapetaka berupa; taufan merah (kebakaran), tenggelamnya bumi dan apa yang diatasnya ke dalam bumi (gempa bumi dan tananh longsor), dan perubahan-perubahan atau penjelmaan-penjelmaan dari satu bentuk kepada bentuk yang lain." (HR. Tirmidzi, 2136)

Itulah perkara-perkara yang menyebabkan suatu negeri mengalami kekacauan, kehancuran, kesempitan, kemelaratan, perseteruan, dan perpecahan satu sama lainnya, antara rakyat dengan rakyat dan rakyat dengan penguasa. Korupsi dan ketidakadilan merajalela, segala macam penyakit bermunculan menimpa manusia, yang benar-benar menyulitkan dan membinasakan kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Oleh sebab itulah, Rasulullah Saw berdoa agar sahabat-sahabatnya tidak menjumpai keadaan yang demikian dahsyat dan terpuruknya. Dari semua perkara yang menyebabkan datangnya siksa dan azab itu. Insya Allah akan berakhir jika manusia dan kaum Muslimin khususnya kembali kepada Allah dan Rasul Nya, berpegang teguh kepada Dinullah (Islam yang sebenar-benarnya, menurut Al Qur’an dan As Sunnah) mengikut petunjuk Rasulnya. Sebagai penutup, renungkanlah firman Allah Swt berikut serbagai introfeksi kita semua: "Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri Beriman dan Bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya."(QS. Al A'raf, 7: 96)

Wallahu â'lam bis showab
Raih amal shalih, sebarkan informasi ini.

wassalam

0 komentar:

Posting Komentar