Senin, 19 Desember 2011

Islam Harus Kaya...!!! (bagian 3) : Islam tidak mengenal "Kurang"

BY : FUAD SUYATMAN (FUAD HASAN P. SALMAN BIN SUYATMAN)




Di tulisan ketiga tentang "Islam Harus Kaya" --> ayo kita Buka Alqur'an --> Membacanya --> kemudian merenungkan apa yang tersurat dan tersirat dalam Qs. An-najm ayat 43-48. Isinya apa? Isinya gak lain gak bukan adalah serangkaian ayat Indah yang jujur aja bikin gwe senyum.Kenapa? Karena gue makin yakin --> BETAPA ISLAM IS THE BEST WAY FOR US. KENAPA?

KARENA HANYA DALAM KITABNYA ORANG ISLAM SAJA YAITU ALQURANLAH --> KITA DITUNJUKKAN SEBUAH FAKTA BETAPA ALLAH TUHAN KITA TIDAK PERNAH MENCIPTAKAN SATU KEADAAN YANG SELAMA INI SELALU DI KELUHKAN OLEH KEBANYAKAN ORANG, APA ITU? "KURANG...!!"

Tapi anehnya? ketika bahas masalah ini? Masih banyak banget kalangan yang justru merasa risih, cangung atau gagu membahasnya. Bahkan tidak sedikit yang beranggapan hal itu identik dengan "khubud-dunnya" ............Padahal kalo mau jujur? Anggapan itu justru tidak benar sama sekali.

Bahkan tidak sedikit ayat Alquran yang membahas masalah ini. KEKAYAAN. Sebuah tema yang bahkan tertuang indah diQs. An-najm ayat 43-48. Membahas masalah apa sih ayat-ayat itu?

ayat itu tiada lain adalah ayat yang membahas warna-warni perbedaan yang sengaja Allah ciptakan buat kita. "Allah-lah yang menjadikan tertawa dan menangis.....Allah pulalah yang menjadikan kematian dan kehidupan... menjadikan laki-laki dan perempuan. Kemudian? Allah-lah yang menjadikan kekayaan dan ...........???
so, apa yang bisa kita pelajari?
* Pertama, empat kalimat diatas nampak semacam antonim atau lawan kata.
* Kedua, lawan kata dari kekayaan pastilah kemiskinan...
* Maka, jawaban anda pasti KEMISKINAN. Benarkah begitu...???
* Benarkah jawabannya adalah KEMISKINAN...???
* Ternyata salah..!!! Karena jawaban yang benar adalah: KECUKUPAN.

Adapun salah satu maksud dari pesan Allah SWT. dalam surat tersebut bahwa, Dia tidak pernah memberikan kemiskinan, namun Dia memberikan kekayaan dan kecukupan kepada manusia. Lha, kalo kita miskin? Jelas itu salah manusianya!

Memang sejak awal Allah Ta'ala telah mempersiapkan manusia agar beruntung, kaya, kuat, sehat, selamat, aman dan sejenisnya. Jika terjadi yang sebaliknya menimpa kita, sekali lagi itu salah manusianya.-->

Sekarang coba antum Baca surat 4:79, 36:19, dan surat 42:30. Apa yang bisa anda ambil sebagai inti pelajarannya? Intinya gak lain adalah bahwasanya segala kebaikan dari Allah SWT. sementara keburukan, kerusakan dan musibah akibat kebodohan manusianya.

Allah yang Maha Kaya sedari awal memang menghendaki hamba-hamba-Nya untuk menjadi kaya. Buktinya, sampai saat ini kita belum menemukan satupun ayat atau hadist yang menganjurkan manusia miskin. Yang ada justru ayat dan hadist tentang mensikapi kemiskinan.


Terkait masalah ini? Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:
1. "Sesungguhnya kemiskinan mendekatkan kepada kekufuran."
2. "Allah SWT. lebih mencintai hamba-Nya yang kuat dari pada yang lemah."
3. "Meninggalkan ahli waris dalam keadaan cukup, lebih baik dari pada dalam keadaan fakir."


O iya ada hal dan pernyataan yang kudu bin perlu untuk digaris bawahi tebal-tebal: "bahwasanya kekayaan bukanlah tujuan, melainkan alat. Yang dengan alat ini bayak hal yang dapat anda lakukan. Apa saja? Banyak...!!

1. Menyantuni mereka yang lemah
2. Berangkat Haji
3. Beramal jariah
4. Menegakan ekonomi syariah
5. Jihad bil Maal fii sabilillah
6. Meningkatkan bargaining position umat

Dan Ini bukan sesuatu yang main-main,guys...!
Kenapa? Karena Nabi Muhammad sendiri adalah sosok yang sangat perhatian akan masalah ini. Cerita dibawah ini adalah buktinya :

"Dulu di Madinah pasar dan sumber air sempat dikuasai oleh orang-orang kaffir. Apakah nabi bersikap begini...."Wahai Abdurrahman bin Auf!, Wahai Abu Bakar! Biarlah, ini cuma masalah dunia, bukankah kita masih punya akherat-Kehidupan yang lebih baik dan kekal? Biarlah kelak di akherat, kaum itu akan menerima balasan yang setimpal atas perbuatan mereka......."

Tetapi Nabi tidak menanggapinya dengan seperti itu, tidak! sekali lagi ti...dak!!, tidak, Nabi SAW. panutan seluruh umat Islam itu segera mengutus Abdurrahman bin Auf untuk mengusai balik pasar. Dan mengutus Abu Bakar As Sidiq untuk membeli sumber air itu. Karena Manusia mulia ini paham sepaham-pahamnya, pasar dan sumber air sangat penting bagi kemaslahatan ummat. Maka nabipun tidak mau bersikap lemah.

Terlihat jelas di sini. Alih-alih nerimo, Nabi malah menganjurkan dan mengajarkan kita untuk menang di dunia dan akhirat. Ajuran dan ajaran itu dibumikan oleh Abdurrahman bin Auf dan Abu Bakar dengan memberdayakan kekayaan mereka. Bayangkan, tanpa kekayaan, apa yang terjadi? Yah, sebaliknya, bargaining umat merosot. Persis seperti sekarang.

So?
Bagi Anda yang masih saja ogah-ogahan untuk kaya, tolong jawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini.
* Inginkah Anda memberangkatkan orang tua dan mertua Anda berhaji?
* Inginkah Anda memberangkatkan orang tua dan mertua Anda berumrah setiap tahun?
* Inginkah Anda berlibur dengan fasilitas terbaik bersama istri Anda setiap tahun?
* Inginkah Anda memberikan rumah dan mobil terbaik untuk keluarga Anda?
* Inginkah Anda memberikan pendidikan terbaik untuk anak dan keponakan Anda?
* Inginkah Anda memberikan perawatan terbaik untuk anak dan keponakan Anda, ketika mereka sakit?
* Inginkah Anda membantu anggota keluarga dan tetangga Anda yang kekurangan?
Inginkah Anda membantu orang-orang yang telah berjasa kepada keluarga Anda?

Hamdan ATT saja, penyanyi dangdut yang ngakunya orang termiskin di dunia, bisa punya mobil, rumah dan harta. Begitu juga, Yusnia, penyanyi dangdut yang ngakunya makan sepiring berdua, bisa jalan-jalan ke luar negeri. Masa Anda kalah?

Terkadang, kita enggan dan sungkan bicara soal uang, terus mencari alasan-alasan yang menghibur diri, "Yang penting itu kaya hati, bukan kaya harta. Tidak semuanya bisa dibeli dengan uang. Sedekah tidak harus dengan berbentuk uang," Memang, peryataan-pernyataan barusan seratus persen benar- tak terkecuali. Cuma, uang tetap saja sangat penting, karena dengan uang kita lebih mudah dalam ibadah dan manfaat.
Kaya Ha-Ti memang lebih penting. Maksudnya kaya harta dan properti.

Kaya bukan berarti selalu diperbudak oleh harta, justru sebaliknya kebanyakan orang miskinlah yang di perbudak. Walaupun tidak berharta, namun siang-malam masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan ketiadaan harta. Anak putus sekolah, sakit tidak mampu berobat, tidak ada yang buat makan, dan lain-lain.
Sungguh mereka tidak kaya hati.

Pun demikian tidak sedikit orang kaya yang mampu menundukan harta, bukan menjadi tujuan melainkan sekedar alat untuk memudahkan ibadah dan menebar manfaat.
Sungguh mereka itulah yang patut disebut dengan kaya hati.

Sekali lagi lihatlah Nabi SAW., dan para sahabat beliau:

* Mereka kaya, akan tetapi tidak cinta dunia.


* Lha. kita ...? Sudahlah kere, eh tergila-gila pula dengan dunia.
* Dalam membangun peradaban mereka mengutamakan masjid dan pasar, melambangkan keseimbangan dunia dan akherat. Bukan salah satunya.
* Lha, kita...? ekonomi terpuruk masjidpun mau ambruk.
* Mereka memastikan menang di dunia (dalam segala aspek, mulai dari ekonomi, militer, sampai iptek) juga menang di akhirat. Bukan salah satunya.
* Lha kita? Dunia, tidak jelas. Akhirat, amblas babar-blas!
* Daripada tersinggung, mendingan berubah dan berbenah.

sumber :
:
1. ALQURAN
2. SHAHIH BUKHORI
3. Buku Percepatan Rezeki karya Ippho Santosa
4. http://www.markaz31.com/2011/12/aqiqah_7666.html

1 komentar:

  1. Mantap gan terus bikin artikel2 macam ini, setuju bangat musliim itu harus kaya, muslim harus keluar dari imej kampungan, ini zaman teknologi harus mau belajar, masa di daerah gua internet dibilangnya haram karena produk yahudi... capedeh...

    BalasHapus